AUDIT PUBLIC
RELATIONS PT. POS INDONESIA
Sebelum ke pembahasan studi kasus, terlebih dahulu kita mengetahui apa
itu public relations dan apa itu audit?
A. Pengertian
Public Relations
Definisi
Public Relation adalah suatu usaha yang direncanakan secara terus-menerus
dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik
antara organisasi dan masyarakatnya. Pendapat ini menunjukkan bahwa public
relation dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin
komunikasi antara organisasi dan pihak luar organisasi (Coulsin-Thomas.2002).
Definisi lain dari apa itu Public Relation yakni PR adalah sebuah Interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus karena public relation merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002, p.7).
Definisi lain dari apa itu Public Relation yakni PR adalah sebuah Interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus karena public relation merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002, p.7).
Tujuan utama dari
kegiatan public relation adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu
maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan,
dimana persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan sebuah
perusahaan (David, 2003)
Jika tujuan Public
Relation Menurut Rosady Ruslan (2001, p.246) tujuan public relation adalah
sebagai berikut:
- Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakadan konsumen.
- Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan.
- Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations
- Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan mereka
- Mendukung bauran pemasaran.
PR memiliki peran besar dalam bagian suatu perusahaan.
Fungsi tersebut dimulai dari membantu organisasi membuat filosofi dan mencapai
tujuan organisasi “peran yang besar tersebut dimulai dari membantu membuat
kebijakan dan rencana strategis, beradaptasi dengan lingkungan yang berubah,
serta sukses bersaing dalam pasar saat ini” (Lattimore dkk., 2010: 14). Hal
tersebut dapat terjadi dikarenakan public relations sering berinteraksi dengan
publik organisasi sehingga memahami kebutuhan dan kepentingan dari masingmasing
publik tersebut. Apabila dibandingkan dengan definisi public relations menurut
Institute of Public relations, tujuan public relations lebih diperinci tidak
hanya terbatas pada saling pengertian saja, melainkan juga berbagai macam
tujuan khusus yang meliputi penanggulan masalah-masalah komunikasi yang
memerlukan suatu perubahan tertentu misalnya mengubah sikap yang negatif
menjadi positif.
Menurut Cutlip, Center dan Groom (2009: 321) public
relations adalah bagian proses perubahan dan pemecahan masalah di organisasi
yang dilakukan secara ilmiah
oleh sebab itu para praktisi public relations
melakukan proses empat langkah untuk pemecahan masalah yaitu:
A. Pengertian
Audit Public Relations
Berbicara mengenai audit, Sanyoto (2007 : 34)
mengungkapkan bahwa audit adalah suatu investigasi yang bebas yang dilakukan
untuk berbagai kegiatan tertentu. Sedangkan menurut J.C Seidel (dalam Rudy,
2005:77) bahwa pada prinsipnya public relations menekankan pada “menciptakan
goodwill dengan melakukan analisa dan perbaikan terhadap diri sendiri”.
Audit dikembangkan ke berbagai bidang,
seperti audit pemasaran, manajemen, organisasi,dan termasuk pada bidang komunikasi.
Jadi konsep audit tidak hanya digunakan untuk bidang keuangan.
Hal ini bisa dilihat dari Webster’s
New world Dictionary, yang mengartikan audit salah
satunya sebagai “pengujian dan
evaluasi seksama atas sebuah persoalan
sehingga komunikasi sebagai
suatu persoalan organisasi juga dapat diaudit” (Andre
Hardjana, 2000:6-7).
Audit public relations merupakan komponen reguler dari
banyak program public relations. Mereka menyediakan data input bagi perencanaan
program public relations pada masa mendatang dan membantu mengevaluasi
efektivitas kerja sebelumnya. Agensi Joyece F.Jones dan Ruder Finn Rotmann yang
dikutip Bakin, Aronoff & Lattimore (1997 : 124)
Audit komunikasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menunjukkan bahwa proses-proses komunikasi bagaimanapun dapat diperiksa,
dievaluasi, dan diukur secara cermat dan sistematik sebagaimana halnya dengan
catatan-catatan keuangan. Kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai pelaksanaan dari
sistem komunikasi ataupun program komunikasi khusus pada hakikatnya dapat
diukur, sehingga kualitas dan kinerja orang-orang yang terlibat dalam program
komunikasi tersebut dapat diketahui dan bila diperlukan dapat diperbaiki secara
sistematik. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas maupun efisiensi
komunikasi.
Dalam prosesnya, audit memiliki hubungan yang erat dengan
komunikasi terutama public relations. Dalam Audit PR dipelajari secara detail
bagaimana, apa, dan kepada siapa perusahaan/organisasi melakukan kegiatan
Public Relations agar dapat menciptakan pemahaman kepada publiknya sehingga
diharapkan dampak dari kegiatan audit pr ini mampu menjadi dasar untuk
memutuskan perubahan apa yang perlu dilakukan di masa yang akan datang.
Beberapa
tahap operasional PR sebaiknya dilaksanakan untuk lebih efisiensi dan efektif
dalam program kegiatan komunikasi. Kegiatan audit komunikasi dirancang untuk
memberikan penjelasan mengenai adanya perbedaan antara kenyataan dilapangan
yang dihadapinya dengan kegiatan komunikasi dikaitkan dengan reaksi tanggapan
pihak publik (khalayak sasaran).
Audit komunikasi merupakan bagian dari tolak ukur, aplikasi, dan persiapan strategis untuk mendesain suatu perencanaan, program dan kerja PR, serta dapat digunakan untuk memperoleh informasi atau fakta lapangan.
Audit komunikasi merupakan bagian dari tolak ukur, aplikasi, dan persiapan strategis untuk mendesain suatu perencanaan, program dan kerja PR, serta dapat digunakan untuk memperoleh informasi atau fakta lapangan.
Termasuk
bagaimana pemecahan suatu permasalahan yang berkaitan dengan hal-hal sebagai
berikut:
- Terjadinya kemacetan
arus informasi (bottle-kecked information flows)
- Tidak adanya
keseimbangan beban kerja di bidang komunikasi (uneven communication
workloads)
- Para karyawan
seakan-akan bermaksud saling berlawanan dalam menghadapi suatu pekerjaan
(employee working at cross-purposes)
- Suatu organisasi tidak dapat memanfaatkan informasi tersembunyi dan merugikan bagi lembaga bersangkutan (hidden information with in an organization is not used, to detriment of the institution)
Audit
komunikasi tersebut akan sangat efektif apabila dilakukan oleh seorang peneliti
yang memiliki 4 (empat) kualifikasi kemampuan tertentu dalam berbagai hal
yaitu:
- Mengenal baik publik
yang diteliti (dalam riset)
- Secara umum
mempunyai pemahaman baik mengenai sikap atau perilaku khalayak sasaran
terhadap lembaga, dan organisasi (perusahaan)
- Mengetahui secara
tepat isu-isu yang sedang berkembang dan menjadi perhatian publik sebagai
khalayak sasaran
- Pemahaman terhadap
kekuatan relatif yang terdapat dalam dukungan publik sebagai sasaran, jika
dibandingkan dengan pihak publik lainnya (sebagai penentang dan netral).
(Rosady Ruslan, 2005:304)
Tujuan
audit komunikasi dalam kegiatan PR:
Audit komunikasi seringkali digunakan untuk
mengevaluasi bagaimana suatu organisasi berlangsung berkenaan dengan suatu
karakteristik unsur pokok kelompok Audit komunikasi digunakan untuk
menganalisis kedudukan perusahaan dengan karyawan atau komunitas tetangga
perusahaan, menilai pembaca terhadap saran komunikasi rutin seperti laporan
tahunan dan news release; atau menguji penampilan organisasi/perusahaan sebagai
warga perusahaan.
Audit komunikasi sering memberikan benchmark (tanda
untuk menentukan tingginya letak suatu daerah/perusahaan) menghadapi program PR
dimasa mendatang yang dapat diterapkan dan diukur. Audit public relations
merupakan komponen reguler dari banyak program public relations. Mereka
menyediakan data input bagi perencanaan program public relations pada masa
mendatang dan membantu mengevaluasi efektivitas kerja sebelumnya. Agensi Joyece
F.Jones dan Ruder Finn Rotmann yang dikutip Bakin, Aronoff & Lattimore
(1997 : 124)
1.
Mencari tahu apa yang “kita” pikirkan (finding out what “we” think)
2.
Mencari tahu apa yang “mereka” pikirkan (finding out what “they” think)
3.
Mengevaluasi kesenjangan sudut pandang di antara keduanya
(Evaluating
the disparity)
4.
Memberi Rekomendasi (Recomending)
A. Studi
Kasus :
AUDIT PUBLIC
RELATIONS PT. POS INDONESIA
PT.
Pos Indonesia merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak di bidang
layanan pos yang memberikan jasa dengan cakupan nasional hingga internasional.
Meskipun banyak perusahaan lain yang bergerak dibidang yang sama, namun Pos
Indonesia tetap menjadi pionir dalam bidangnya di Indonesia, mengingat juga
usia yang sudah mencapai 269 tahun semenjak didirikan pada tahun 1746 yang
dapat dikatakan sudah sangat matang dalam bidang jasa pelayanan pos. Namun pada
23 Juni 2014 lalu muncul pemberitaan negatif diberbagai media terhadap PT Pos
Indonesia yang menduga adanya kerjasama antara pihak Obor Rakyat dengan PT. Pos
Indonesia untuk melakukan black campaign saat pemilihan umum (pemilu) 2014 yang
ditujukan kepada Jokowi beserta kubunya. Black campaign secara sederhana
diartikan sebagai kampanye hitam, maksudnya adalah dengan memberitakan hal-hal
yang jelek, fitnah, dan juga bisa bersifat mengadu domba yang biasanya
dilakukan oleh individu ataupun sekelompok orang dengan tujuan menjatuhkan dan
merusak reputasi seseorang yang lain. Efek daripada rusaknya reputasi seseorang
adalah akan hilangnya rasa simpati, antusias, dan kepercayaan. Khususnya dalam
dunia politik ini berarti tujuan black campaign yang dilakukan oleh pihak Obor
Rakyat adalah untuk menghilangkan rasa simpati, antusias, dan kepercayaan dari
masyarakat.
Adapun beberapa tahapan pada Proses Public
Relations sebagai berikut: (1) Fact Fincding, (2) Planning, (3) Communucating,
dan (4) Evaluating.
1. Tahap Fact Finding
Pada
tahap ini Public Relations PT. Pos Indonesia mencari data dan informasi terkait
pemberitaan yang tersebar dimedia tentang pengiriman paket Tabloid Obor Rakyat
oleh Pos Indonesia. Pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecekan
pemberitaan beserta komentar masyarakat pada media tersebut melalu media monitoring,
hasilnya dari beberapa media yang memberitakan kasus tersebut tidak ditemukan
komentar negatif yang ditujukan kepada Pos Indonesia. Langkah selanjutnya
adalah mengecek ke bagian operasional Pos Indonesia untuk mengetahui kronologi
pengiriman paket Tabloid Obor Rakyat, hasilya mengatakan bahwa Pos Indonesia
hanya menjalankan bisnis yang mana sudah sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) dalam berbisnis., artinya Pos Indonesia tidak melakukan
pelanggaran apapun. Namun demikian disadari bahwa kasus tersebut terjadi di
momen pemilihan presiden dan bersinggungan langsung dengan politik, Public
Relations PT. Pos Indonesia pun tidak ingin terjadinya kesalah pahaman sekecil
apapun dari masyarakat pada Pos Indonesia.
2. Tahap Planning
Setelah
berhasil mengidentifikasi masalah, barulah Public Relations PT. Pos Indonesia
dapat menyusun perencanaan. Untuk melakukan klarifikasi ke media, Public
Relations PT. Pos Indonesia mengadakan press conference dengan mengundang
mediamedia terkait yang memberitakan Tabloid Obor Rakyat. Alasan dipilihnya
press conference adalah karena dianggap paling efektif, dimana Public Relations
bisa memberikan kejelasan dan klarifikasinya agar pemberitaan di media bisa
berimbang, tidak hanya pendapat dari sebelah pihak, tapi juga ada klarifikasi
dari PT. Pos Indonesia. Alasan lainnya adalah karena kasus tersebut beredar
lewat media, maka cara untuk mengatasinya juga melalui media. Dalam press
conference tersebut, Public Relations PT. Pos Indonesia menjelaskan tentang
pengiriman paket Tabloid Obor Rakyat tersebut sudah sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur bisnis, sehingga Pos Indonesia tidak dapat dikatakan
melakukan pelanggaran. Selain dengan menggunakan press conference, Public
Relations PT. Pos Indonesia juga memuat artikel yang bersifat advertorial,
dengan memberikan tawaran-tawaran menarik kepada masyarakat terhadap produk Pos
Indonesia dengan tujuan mengalihkan perhatian masyarakat dari kasus Tabloid
Obor Rakyat.
3. Tahap
Communicating
Cultip
dan Centre (Rachmadi, 2011:11) mengatakan bahwa tahap communicating adalah
tahap implementasi sesuai data yang telah dirumuskan dalam perencanaan untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku publik atas program yang dilaksanakan Public
Relations. dalam hal ini, Bapak Riyan Hardiyana selaku FP Dukungan Eksternal
yang melakukan seluruh kegiatan yang sudah disusun oleh Public Relations PT.
Pos Indonesia karena beliau bertanggung jawab terhadap segala urusan eskternal
dari PT. Pos Indonesia itu sendiri mulai dari pencarian data dan informasi
sampai dengan mengevaluasi kegiatan, dibantu oleh rekannya untuk
mendokumentasikan kegiatan yaitu Bapak Rizal selaku staff Public Relations PT.
Pos Indonesia, dan team media montiroing dalam hal pencarian data.
Pada tahap ini Public Relations PT. Pos
Indonesia menjalin kerjama dengan media sebagai sarana komunikasi kepada
masyarakat. Untuk menjalin kersama dengan media Public Relations memili
kriteria yang harus dimiliki oleh media tersebut, kriteria tersebut antara lain
adalah media dengan cakupan nasional, dan harus memiliki kredibilitas yang
baik. Media elektronik yang dipilih yaitu MetroTV, TVone, dan Kompas TV,
sedangkan untuk media cetak PT. Pos Indonesia bekerjasama dengan Republika, dan
Dunia Bisnis. Namun dikatakan tidak menutup kemungkinan kepada media lokal
apabila ingin menjalin kerjasama dengan PT. Pos Indonesia.
14. Tahap
Evaluating
Cutlip dan Centre
dalam Rachmadi (2011:111) menyebutkan bahwa tahap Evaluation merupakan tahapan
terakhir proses kerja public relations.Setelah komunikasi
dilaksanakan, maka perusahaan pastinya tertarik untuk mengetahui dampak atau
pengaruh dari tahap komunikasi terhadap publiknya. Untuk mengetahuinya maka
dilakukan evaluasi, tujuan utamanya adalah untuk mengetahui apakah kegiatan
humas benar-benar dilaksanakan menurut rencana atau tidak. Tahap ini sangatlah
penting, tanpa adanya evaluasi maka tidak akan deketahui sejauh mana
keberhasilan humas dalam melaksanakan kegiatannya. Pada tahap ini Public
Relations PT. Pos Indonesia telah melakukan evaluasi, termasuk di dalamnya
evaluasi tahap fact finding yang mana dikatakan bahwa media monitoring kerap
terlambat dalam memberikan informasi terbaru soal pemberitaan di media tentang
perusahaan, evaluasi tahap planning menilai terlambatnya informasi yang
didapatkan oleh Public Relations mengakibatkan terhambatnya penyusunan rencana
dan evaluasi tahap communicating adalah press conference yang telah dilakukan
dinilai sudah sesuai rencana.
Setelah upaya yang dilakukan tersebut
Public Relations kembali memantau tanggapan masyrakat pada pemberitaan dimedia,
hasilnya pun juga tidak ditemukan tanggapan yang negatif dari masyarakat kepada
Pos Indonesia, Oleh karena itu Public Relations PT. Pos Indonesia menyimpulkan
bahwa citra perusahaan berhasil dipertahankan atau bahkan tidak terjadi
penurunan citra.
Model PII atau The
PII Model yang dikembangkan oleh Cutlip et al;
The PII Model
merupakan riset yang menggali pelaksanaan program PR dari tahap preparation (persiapan),
implementation (pelaksanaan), dan impact (dampak). Lewat riset ini,
pertanyaan-pertanyaan riset muncul secara spesifik sesuai dengan tahapan yang ditanyakan. Jawaban yang
dihasilkan dari riset ini akan meningkatkan pengertian dan memperkaya informasi
untuk menilai efektivitas.
Menurut
Macnamara (2002: 15-23) bentuk mengevaluasi kinerja Public Relations sangat beragam. Salah satunya
adalah kumpulan tahapan evaluasi kinerja Public Relations menurut
Cutlip-Center-Broom, PII Model (plan, implement and impact).
Referensi
:
Hardjana, Andre. 2000. Audit
Komunikasi : Teori dan Praktek. PT. Grasindo.
Jakarta.
Jefkins, Frank. 2004. Public Relations. Jakarta : Erlangga
Cutlip,
Scott M., Center, Allen H., & Broom, Glen M.2007. Effecctive Public
Relations Edisi Kesembilan., Jakarta:Kencana
http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/humas/article/viewFile/12422/pdf (Diakses pada 18 februari 2020, pukul 17.00 WIB)
https://www.kompasiana.com/ahmadqoiman/5ac18d7a16835f39570d5612/peran-dan-fungsi-public-relations-dalam-manajemen-krisis?page=all (Diakses pada 18 februari 2020, pukul 20.00)
Siti Halimah 6662170134
Audit PR 6C
Tidak ada komentar:
Posting Komentar